Anda pasti sudah mengerti jika terlalu banyak kerja akan mengganggu kesehatan mental dan fisik. Namun mungkin Anda belum tahu jika hal tersebut bisa sangat berbahaya dan mengancam nyawa.
Seorang wanita mengungkap efek mengerikan yang diduga akibat stres setelah terlalu banyak bekerja. Bukan hanya sakit biasa, wanita itu bahkan mengalami kelumpuhan.
Paula, nama wanita tersebut, mengungkap kisah tak menyenangkan yang terjadi padanya karena terlalu intens bekerja. Wanita berusia 30 tahunan itu bekerja untuk sebuah konsultan strategi di London, Inggris. Paula pun mengakui jika pekerjaannya memang panjang dan berat. Selama enam bulan, wanita itu bahkan bisa bekerja hingga 80 jam per minggu tanpa libur akhir pekan.
Pada November 2016, ia mulai mendapati gejala aneh. Paula mengaku merasa pusing dan setengah wajahnya terasa kaku di satu sisi. Ia pun berencana untuk lanjut kerja seolah tidak terjadi apa-apa saja. kondisinya cukup parah hingga teman-teman Paula terkejut melihat keadaan wajahnya. Ia pun dilarikan ke rumah sakit.
"Aku keluar ruangan meeting dan beberapa kolega mendekatimu, wajah mereka benar-benar terkejut dan ketakutan," kata Paula kepada Cosmopolitan.
"Walaupun episode itu sedikit menakutkan, aku tidak terlalu mempedulikan jadi keesokan paginya aku kembali bekerja. Saat itu adalah waktu tersibuk di kantor dan aku tidak ingin mengecewakan siapapun," tambahnya.
Ketika itu Paula tidak terlalu mengkhawatirkan gejala mirip stroke tersebut. Sebelumnya dokter memang memulangkan Paula dari rumah sakit karena tidak dianggap berbahaya. Tapi sebulan kemudian, ia tak lagi bisa tidak mempedulikan masalah kesehatanny akarena mulai dibarengi dengan migrain berat. Paula juga mendapati tangan dan kakinya terasa lumpuh.
Karena stres berat yang dibiarkan terlalu lama, Paula pun mulai kehilangan orientasi. "Aku mulai lupa tempat. Aku berjalan di jalanan sekitar rumahku dan aku tersesat. Itu karena stres terlalu lama. Aku bahkan mulai lupa nama beberapa teman baikku," tutur Paula.
Sejak saat itu, Paula mulai menerima perawatan, mengubah pola makan, olahraga, dan tidur cukup. Ia juga mengganti rutinitasnya menjadi tidak terlalu ekstrem. Paula pun menyesali gaya hidupnya dulu yang terlalu memikirkan pekerjaan. Ketika itu, selama tiga bulan ia memang selalu bekerja dan tidak menjaga kesehatan.
"Alasan aku tidak protes karena aku pikir aku akan terlihat lemah, bahwa aku menunjukkan kepada keluarga, teman, dan yang paling penting, bosku jika aku tidak bisa mengatasi tanggung jawab dan aku bukan pekerja top," ungkap Paula.
Kini kondisi Paula telah membaik walau ia harus membawa alat untuk menjaga agar kondisi otaknya stabil. Ia pun menyarankan agar para pekerja menyadari kebutuhan tubuh untuk istirahat. "Kita harus merasa nyaman dan aman dengan diri sendiri untuk mengangkat tangan kita dan berkata 'Aku butuh bantuan'" katanya lagi.