Jadi hakim agung, Artidjo Alkostar mengawali kerjanya di rumah kontrakan di Kalilsari, Cikini, Jakarta Pusat. Sebuah kontrakan yang sangat sederhana, lebih terkesan kumuh. Untuk ke kantor, Artidjo memilih naik bajaj.
Saat naik bajaj, Artidjo ditolak masuk lewat gerbang depan gedung Mahkamah Agung (MA). Padahal ia hakim agung di situ. Artidjo tak habis akal. Ia memilih masuk lewat pintu gerbang samping.
Setelah berbulan-bulan, Artidjo mengajak 'teman' kontrakannya, Ari, untuk diantar membeli mobil. Ia mendapat Rp 60 juta dari MA untuk membeli mobil.
"Ri, saya dapat uang untuk membeli mobil. Temani saya membeli mobil," kata Artidjo dalam buku 'Alkostar, Sebuah Biografi' di halaman 141 yang dikutip detikcom, Selasa (29/5/2018).
"Katanya jangan mobil bekas, harus baru," Artidjo menegaskan.
Ari sempat 'ngerjain' Artidjo ke showroom mobil mewah dan menunjuk mobil Hummer. Artidjo marah dan mereka mencari ke tempat lain. Akhirnya Artidjo bisa membawa pulang Chevrolet Spark berwarna perak. Artidjo menambah uang Rp 20 juta dari tabungannya.
Ari kemudian diberi uang Rp 1 juta untuk belajar nyetir mobil dan Rp 1 juta untuk membuat SIM. Ari akhirnya menjadi sopir pribadi hingga Artidjo pensiun.
Pada 2007, Artidjo mendapatkan mobil dinas Toyota Altis. Dua tahun setelahnya, Artidjo mendapat fasilitas mobil Toyota Camry. Sejak saat itu pula, Artidjo pindah dari kontrakan kumuh ke apartemen yang dikhususkan bagi pejabat negara di Kemayoran.
Adapun Ari awalnya digaji Artidjo sebesar Rp 800 ribu ditambah uang makan Rp 20 ribu/hari. Akhirnya Ari diangkat menjadi karyawan honorer MA. Namun Artidjo masih memberi Ari uang harian Rp 50 ribu/hari.
Kesederhanaan Artidjo tetap dibawa ke apartemen. Mantan Direktur LBH Yogyakarta itu tetap mencuci baju dengan tangan sendiri menggunakan sabun colek. Mesin cuci yang disediakan negara tak dipakai Artidjo. Hingga akhirnya Artidjo melihat Ari mencuci baju di mesin cuci pada saat berangkat dan pulang sudah kering. Lebih simpel.
"Coba ajarin saya," kata Artidjo ke Ari.
Ari kemudian menulis di secarik kertas tahapan memakai mesin cuci. Artidjo akhirnya mau memakai mesin cuci. Hingga pensiun, Artidjo tidak punya asisten rumah tangga. Ia membeli belanjaan sendiri hingga memasang lampu bohlam sendiri.