Boris Rodriguez kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya hanya dalam waktu semalam saat gunung berapi Fuego di Guatemala meletus.
Istri Rodriguez, kedua orang tuanya, saudara laki-lakinya dan saudara iparnya serta anak-anak mereka meninggal ketika gunung itu memuntahkan lahar dan mengakibatkan awan panas.
"Saya melihat jasad bocah-bocah," ujarnya lirih kepada saya di antara isak tangis. "Mereka berkerumunan di atas tempat tidur, seperti berusaha bersembunyi dari malapetaka itu."
Apa yang dialami Rodriguez, pria berusia 25 tahun, sangat memilukan. Tetapi Rodriguez tidaklah sendirian. Sebagian besar tetangganya di desa El Rodeo juga mengalami kisah memilukan.
Desa itu nyaris seluruhnya terhapus dari peta. Rodriguez selamat dari malapetaka itu hanya karena dia bekerja di bawah gunung, di kota Escuintla, pada perusahaan transportasi.
"Setelah letusan mereda saya berhasil menyeberangi perkebunan kopi di lereng bukit dan menemukan rumah kami sepenuhnya terkubur," ungkapnya.
Di luar wilayah yang dijaga ketat aparat keamanan di El Rodeo, mobil-mobil terlempar seperti mainan yang dibuang. Sungai berwarna kelabu dan tumpukan abu mencapai ketinggian pinggang orang dewasa di banyak wilayah, dan sebagian tanah masih terasa panas.
"Yang paling sulit di sini adalah mencoba menyelamatkan orang-orang di sejumlah bangunan, karena benda-benda di sekitarnya masih membara dan beberapa wilayah masih terbakar," kata Kapten Carlos Valenzuela, koordinator tim SAR.
Sejauh ini jumlah orang yang dinyatakan tewas mencapai 75 orang, tetapi otoritas terkait mengumumkan bahwa sekitar 200 orang masih dinyatakan hilang, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa jumlah korban tewas akan terus meningkat.
"Kami tidak memiliki jumlah pasti berapa yang tewas, karena kami tahu ada seluruh keluarga yang hilang dan belum ada yang mengklaim di mana keberadaan mereka," kata Valenzuela.
Ada kemungkinan mereka berada di tempat penampungan yang berbeda dan belum dapat berkomunikasi satu sama lain, kata Valenzuela. "Kami belum mengklarifikasinya."
Pihak berwenang, yang mengkhawatirkan jatuhnya korban, secara ketat mengontrol jalan masuk ke desa, yang berarti tidak sedikit warga masih belum dapat kembali ke rumah masing-masing untuk menyelamatkan barang-barang mereka yang tersisa.
Bagi sebagian orang yang selamat, kebijakan tanggap darurat belum berjalan secara baik.
"Tidak ada yang memberi tahu kami ke mana harus pergi, dan apa yang harus kami lakukan," kata Maria Turen. Dia tidak tahu di mana ibunya dan sangat mengkhawatirkan kondisi rumahnya yang kemungkinan besar telah luluh-lantak.
"Saya ingin melihat rumah saya, tetapi mereka tidak akan membiarkan saya menuju ke sana," katanya. "Saya tidak tahu apa-apa."
Di samping reruntuhan rumah-rumah, seekor anjing berdiri sia-sia menunggu pemiliknya. Dan petugas penyelamat berupaya menyelamatkan hewan piaraan dan ternak menuruni perbukitan. Abu yang menyerupai salju masih terlihat di mana-mana, sementara aroma benda-benda yang hangus terbakar masih tajam tercium.
Lalu tiba-tiba pada hari Selasa, terdengar bunyi peluit, alarm, dan orang-orang pun berlarian panik. Gunung berapi Fuego itu memuntahkan isi perutnya, mengirimkan segumpal awan panas yang menjulang di atas bukit-bukit di sekitarnya.
Dalam beberapa menit, situasi menjadi kacau balau. Jalan-jalan disemuti orang-orang yang mencoba menemukan rute ke bawah agar selamat dari amukan murka gunung itu.
Ibu-ibu menggendong anak-anak mereka, dan orang-orang renta dibantu oleh cucu-cucu mereka. Dan siapapun yang memiliki kursi cadangan di mobil lantas menawarkan tumpangan bagi mereka yang lewat.
Di tengah-tengah kekacauan seperti itu, ada perasaan bahwa rakyat Guatemala harus bersatu dalam menghadapi kesulitan.
Anggota dinas pemadam kebakaran dan tentara beristirahat di rerumputan di sisi jalan, mengumpulkan tenaga. Lalu hujan tumpah dengan derasnya dan malam pun turun, menghentikan upaya tim penyelamat yang putus asa mencari korban yang selamat.
Bagaimanapun, Rodriguez masih memegang segenggam harapan untuk menemukan kembali keluarganya.
"Jika Tuhan menghendaki, saya akan menemukan mereka," katanya lirih. "Ini adalah kehendak Tuhan dan jika dia telah menghendakinya, maka tidak ada yang bisa kita lakukan. Tapi bagaimanapun saya ingin menguburnya dengan benar, sehingga kita tak menderita karenanya."